Namanya juga hati

Selama seharian ini, entah kenapa pikiran selalu mengajak beradu, antara otak dan hati selalu bertarung, menentukan tentang siapa yang benar dan salah. Melelahkan.
Pagi hari, ku membuka hp, untuk mengecek pesan yang masuk, dan ada berapa email yang belum ku baca. Melelahkan, seperti biasa. Email yang masuk kukira ada yang penting, seperti penerimaan lamaran kerja, atau tentang menang undian, tapi yang ada hanyalah tagihan kartu kredit yang belum terbayar dan juga notifikasi dari media sosial macam facebook dan twitter.

Setelah nyawa terkumpul, ku coba membuka laptop, untuk mencari tau apakah ada message lagi di media sosial, seperti line dan bbm, karna hp yg ku pakai sekarang tidak support untuk hal itu, maka kupindahkan ke laptop. Dan ternyata benar, tidak ada notif sama sekali. Eh, ada sih, seperti grup, ataupun chat personal yang dimana isinya ga penting. Sebenernya, ada beberapa lagi, seperti cewe yang sudah lama ku taksir, sepertinya punya 'pacar baru'. Haha.

Lalu ku keluar kamar untuk mencoba membuat secangkir teh panas, ku nyalakan kompor untuk memanaskan air, ku hidupkan speaker bluetooth kesayangan, dan ku cari lagu favorit di salah satu playlist hp. Aha! ku putar saja lagu klasik, lumayan biar ga kepikiran sakit hatinya, pikirku. 

Selang beberapa saat, ku ambil teko yang berisi air panas itu, dan kuseduhkan air panas itu ke gelas, lalu kuambil saringan teh, yang kemudian ku masukkan saringan teh itu ke dalam gelas. Clup clup clup, begitu bunyinya. Menenangkan, dan juga menyenangkan. Sluuurrrppppp, suara menyeruput yang khas, seraya menikmati teh panas, yang mungkin sebagian orang berpikiran bahwa rasanya hambar karna tidak ku masukkan gula ke dalamnya. Ah sudahlah, selera orang beda - beda, yang jelas ku coba untuk menikmati kebahagiaan kecil ini.

Siangnya, setelah menjalani ritual seperti biasa, dan juga udah mandi tentunya, (ps: jarang banget mandi, apalagi kalo hari libur dan kuliah cuma 1 doang.) Ku ambil kontak mobil di atas meja, dan pamit ke mama, "ma, berangkat dulu ya." "iya nak, ati - ati dijalan ya nak." Jawab mama. Ku ambillah mobil yang biasanya ku taruh di rumah eyang, yang jaraknya kira - kira 200 meter dari rumah, lumayan buat olahraga.

Di dalam mobil, ku hidupkan mesin mobil sebentar, dan ku nikmati suara mesin yang menderu halus, begitu menenangkan. Menikmati suara mobil adalah hal menyenangkan kedua setelah menikmati waktu ngeteh sendiri. Ku keluarkan mobil dari garasi, dan baru aja keluar dari komplek perumahan, macet udah menjalar. Shit, batinku. Entahlah, 2 tahun belakangan ini Surabaya jadi lebih macet, dan macetnya tanpa kenal hari, yaudahlah dinikmatin saja. Menunggu memang menyebalkan, makanya ku sambi dengan hpan, cuma buat ngecek apakah ada info baru apa engga, eh tak disangka, ternyata cewe yang ku suka nelpon, dia cerita bahwa dia punya pacar baru. Eek, batinku. Bukannya sedih sih, cuma kenapa bilang... Ah, perkembangan teknologi bisa dengan mudahnya mengubah suasana hati seseorang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penghamba Diet.

Pelacur Metropolitan