Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

Rindu | Senyum tak Bertuan (Part 4.1)

Bercerita dengan Harris selalu menyenangkan, dia selalu bisa jadi sosok yang diandalkan, ketika ada masalah, bercerita padanya terasa seperti masalah lebih mudah untuk dikerjakan, jalan berdua bersamanya selalu terasa seperti ada sosok yang selalu sigap untuk melindungi. Bahkan, hanya dengan melihat senyumnya saja, sudah cukup membuat hari lebih indah daripada biasanya. Hari ini pun begitu, meskipun tidak banyak bercerita, karena Harris capek sekali, setelah dinas keluar kota beberapa hari belakangan ini. Satu yang gue tahu, setelah dia menikah, dia lebih tenang daripada biasanya, lebih terasa jiwa ke-bapak-annya daripada dulu. Ah! Kesal gue! Kenapa dia menikah dengan perempuan lain? Sungguh beruntung perempuan itu. Ditambah dengan wajahnya yang sekarang lebih ganteng daripada waktu kita pacaran dulu, kalau jadi istrinya, pasti sudah gue cumbui tiap malam, memeluknya sebelum terlelap, dan morning-sex bakalan jadi aktivitas yang kita lakukan setiap hari, sebelum Harris berangkat kerj...

Akting itu Penting | Senyum tak Bertuan (Part 4)

Ada hening panjang, entahlah. Ga seperti biasanya, dulu, setelah ciuman, baik sengaja maupun engga, si Laras tetap sama bawelnya, cerita apapun yang terlintas di pikiran, yang di rasa, bahkan yang ga penting seperti ngomentarin jalanan macet pun, dia lakukan. Kali ini, beda. Aku biarin, takut ngeganggu apa yang dia pikirin. Biasanya kalau dia lagi mikir terus diganggu, bisa - bisa aku diusir dari mobil sendiri. "Put." Laras memulai percakapan. Suaranya mengecil, seperti menyembunyikan sesuatu. "Iya, Ras?" "Engga, ga jadi Put." "Loh? Ada apa Ras? Bilang aja." "Engga, beneran deh ga ada apa - apa kok." "Yakin?" "Iya." "Hmmmm" "Ada apa Put?" "Engga, kamu bohong ya?" "Bohong? Engga kok, beneran deh." "Yaudah deh." "Ih kok ga ditanyain 'kenapa?' 'Cerita dong' atau apa gitu, jahat deh." "Lah? Katamu tadi gapapa, gimana sik?...

Ide Buruk | Senyum Tak Bertuan (Part 3.1)

Cari sarapan  diatas jam 10? Mimpi buruk sepertinya, awalnya pengen makan bubur di SMP 6 Surabaya, tapi mana ada bubur ayam yang jual diatas jam segini? Yaudahlah, akhirnya mau ga mau makan di McDonalds, soalnya Lula daritadi udah berisik karena tidurnya diganggu, dan ga dapet makanan. 11.20 McDonalds. "Gini dong, daritadi kan enak, udah muter - muter ga jelas, laper pula, kan emosi jadinya." "Lah, kan lu sendiri yang bangunnya kesiangan, masa salahin gue nyet?" "Ya napa lu ga bangunin gue? Elu sih?" "Eh si kampret, ga ingat ya terakhir kali lu dibangunin jadinya gimana? Ga usah pura - pura ga inget deh." "Hehehe, maap Son, jan ngambek gitu dong." "Hhhhhh" "Oh ya, gimana tuh si Putra? Jadi diajakin ga?" "Ga tau nih, daritadi ga bales, enaknya gimana?" "Yaudah tungguin aja, mungkin lagi sibuk, kan kemaren doi juga balik cepet katanya ada kerjaan?" "Iya sih, yaudah biarin aja deh...

Sore dan Laras. | Senyum Tak Bertuan (Part 3)

'... And that's why... Cinta bukan hal yang harus diucapin, tapi lebih untuk dirasakan, mungkin, pacar kamu sekarang, lagi cuek karena ada kesibukan lain, tapi siapa tau, minggu depan kamu dilamar? He just waiting for a right moment to show it to you.' "Oke, publish." Ucapku sambil menyeruput teh yang sudah menjadi dingin karena ku acuhkan, untuk menulis blog dan mengerjakan beberapa kerjaan lainnya. Ku lihat jam di dinding, memastikan sekarang jam berapa, mengerjakan kerjaan dan menulis tentu memakan banyak waktu dan benar saja ternyata jam sudah menunjukkan pukul 1 siang. Lama juga, jarang - jarang nih aku bisa ngerjain tugas dengan serius tanpa ngecek hp, batinku. Ku ambil hp, memastikan ada pesan masuk apa tidak, tentu ada banyak, sapa lagi kalo ga dari trio icik, Laras, Jessica dan Sonia. Sebenarnya Sonia ga bawel sih, cuma karena lagi dekat, makanya lebih ku bilang icik juga, kalo Laras dan Jessica? Ya, i know them luar dalam, jadi yaudah lah maklumin...

Rencana Tahun Baru | Senyum Tak Bertuan (Part 2.1)

31 Desember 2014 07.40 Rumah Lula. Kepalaku terasa berat, penglihatan kabur tak jelas, bekas mabuk semalam, sepertinya, minum lagi setelah sekian lama ga minum adalah kabar buruk. Membuka mata aja susahnya minta ampun, ingin lanjut tidur tapi ga bisa, Lula kalo tidur badannya suka gerak sana - sini, risih. Ku coba untuk duduk, dan kaget karena seingatku tadi malam aku masih pakai dress, sedangkan pagi ini hanya BH dan celana dalam hitam. Berusaha mengingat kejadian semalam, malah membuat kepala makin pusing. Ah bodo amat deh, yang berlalu biarlah berlalu. Batinku. Ku berdiri dan berusaha mencari tas kecil Louis Vuitton hitam kesayanganku itu, ternyata ada di atas meja rias Lula. Ku buka tasku, lalu mengambil hp. Ku cek, ada beberapa pesan yang masuk, dari Mama, Putra, teman main di SMA, si Griselda, dan beberapa pesan di grup. Ku mulai membuka chat dari mama. Mama:   Sonia sayang   Anak gadisku   Hari ini kamu pulang apa ndak nak?   Mama mau kencan sam...

Putra | Senyum Tak Bertuan (Part 1.1)

Jumat, 30 Desember 2014 07.25 Rumah Hari ini libur, kalo kuliah udah semester akhir, biasanya jadwalnya sisa sedikit, banyak nganggurnya. Sebenernya, ga baik sih bangun jam segini, apalagi mama sering banget ngomel karena kebiasaanku yang bangun siang ini, katanya, "perawan kok bangunnya siang terus sih? Ntar susah loh dapet jodohnya." Ku ketawain aja, karena baru sebulan yang lalu putus dengan mantanku, si Harris. Alasan putusnya? Dia lebih milih nikah dengan cewe yang dijodohin sama orang tuanya, karena ga mau ngecewain orang tuanya lagi, klise ya? Hahaha. Ku masih berusaha buat tersadar dari tidurku, masih bergumul dengan kasur, selimut, bantal dan guling biru kesanyanganku. Ku coba mencari hp di atas meja, di sebelah kasurku, memastikan jam berapa ini, ku lihat, ternyata banyak banget notifikasi pesan masuk. Masih jam berapa ini? Perasaan ga ada janji deh, kok banyak pesan ya? Tanyaku dalam hati. Ku taruh lagi hpku di meja, dan kepalaku masih kututup dengan bantal,...

Warna Baru | Senyum Tak Bertuan (Part 2)

Sabtu, 31 Desember 2014 08.00 Alarm berbunyi. Ku berusaha menggerakkan badan buat ngeraih jam weker yang ada di atas meja, malas sekali rasanya, hari libur kan ga harus bangun pagi, tapi berhubung ingat kalo ada deadline yang harus dikumpulin senin besok, kuurungkan ngomel ga jelas pagi ini. Ku berusaha mengingat kejadian semalam, entah kenapa Tuhan begitu baik sekali, dalam sehari bisa ketemu 2 wanita yang sama cantiknya, tidak kalah cantik dari mantanku, Jessica, yah meskipun harus mendengar kabar buruk bahwa si Laras sudah tunangan, bukan, aku bukan ga suka dengar kabar bahagia itu, cuma... Yah kalian tau sendiri lah, mantan terindah itu gimana rasanya, ya kan? Tetapi ada Sonia, cukup menetralisir semalam yang cukup absurd untuk dilalui. Ku mengambil hp, ngeliat ada beberapa pesan masuk, dari Laras, Sonia, Jessica (iya, aku masih sering ngabarin dia kalo lagi iseng aja) dan beberapa email kerjaan. Ku buka satu - satu, dimulai dari Laras. Laras:   Put!!!   Put...